Drainase Kota Medan Belum Maksimal

Kepala Dinas PU Bina Marga Kota Medan Khairul Syahnan ketika di konfirmasi mengatakan dalam APBD 2013 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 142 miliar untuk proyek pengerjaan saluran drainase. Jumlah ini juga mengalami perubahan sebesar Rp 172 miliar dalam P-APBD 2013, karena ada penambahan anggaran sebesar Rp 30 miliar. Namun, anggaran ini pun dianggap masih kurang untuk memperbaiki saluran drainase yang ada di Medan.

"Jumlah ini tidak sebanding denga luar wilayah Kota Medan, makanya perlu lagi ditambah," kata Syahrul Syahnan kepada wartawan, Jumat (1/11).
Menurut dia, seperti kota Surabaya yang memiliki anggaran untuk pengerjaan saluran drainase hingga Rp 350 miliar. Dikatakannya, apabila Kota Medan memiliki anggaran sebesar itu maka pengerjaan saluran drainase akan menjadi lebih baik.

Disinggung apabila anggaran yang dipergunakan semakin besar, maka pintu peluang terjadi kecurangan juga semakin besar. Khairul mengaku ada pihak yang melakukan pengawasan seperti Inspektorat, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Kejaksaan. "Kan ada yang mengawasi," ujarnya.
Mantan Sekretaris Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) ini mengaku, penambahan Rp 30 miliar ketika P-APBD untuk pekerjaan swakelola yang dikerjakan oleh Dinas Bina Marga. Dia juga menyebutkan uang tersebut belum sepenuhnya di gunakan. "Masih ada sisa uang yang belum terpakai," sebutnya.

Dijelaskannya, anggaran tahun ini dipergunakan untuk 52 proyek pengorekan atau pembetonan saluran drainase. Mengenai hasi kerja dari proyek tersebut, dirinya belum bisa menjelaskan lebih lanjut karena belum dilakukan pemeriksaan oleh BPK. "Setelah diperiksa BPK baru bisa diberitahu," tuturnya.
Dirinya juga mengakui saat ini ada beberapa titik di KOta Medan yang selalu terjadi genangan air ketika hujan lebat turun, seperti di Jalan HM.A.Yani, Jalan Karywa Wisata Ujung, Lapangan Merdeka, Jln Ayahanda. Genangan air itu, kata dia juga tidak terlalu lama. Karena air akan kembali masuk saluran drainase setelah 30 menit. "Itu terjadi karena debit air yang diturunkan hujan terlalu banyak, dan gerangan air juga tidak terlalu lama," katanya.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua DPRD Medan Ikrimah Hamidy mengatakan, dengan dana sebesar itu seharusnya pihak Dinas Bina Marga dapat mengoptimalkan pengerjaan drainase yang selama ini menjadi problematika terjadinya genangan air bahkan banjir ketika hujan deras.
"Saya pikir dana tersebut sangat cukup dalam memperbaiki saluran drainase di seluruh kawasan Medan, terkecuali untuk daerah tempat tinggal masyarakat yang berada di bantaran sungai, seperti sungai Deli dan Babura yang selama ini menjadi langganan banjir," sebutnya.

Politisi PKS ini menilai kinerja dari Dinas Bina Marga terkesan asal-asalan. Terbukti setiap selesai pengorekan, pihak Bina Marga sering membiarkan kondisi jalan tidak dalam keadaaan sebagaimana mestinya. Disinggung besarnya anggaran yang tidak sesuai dengan fakta pengerjaan di lapangan, Ikrimah menyesalkan hal tersebut terus terjadi.
Karena, menurut dia selain untuk kawasan tempat tinggal masyarakat bantaran sungai seperti di Kampung Aur, semestinya masalah genangan air di jalan-jalan Kota Medan dapat diantisipasi dengan baik. "Ini menunjukkan kinerja Dinas Bina Marga tidak profesional. Tentunya DPRD sangat menyayangkan anggaran yang sebesar itu tidak dapat dioptimalkan dengan sebaik-baiknya," ujarnya.

Dia mencontohkan seperti pembuangan saluran drainase, yang tidak dipertakan membuat dinas terkait hanya sekedar melakukan pengorekan di sana sini tanpa mengetahui sumber buangan air ketika saluran itu dikorek. Diakuinya, bahwa dari catatan yang diketahui sejauh ini, pengerjaan terkait pembangunan dan pemeliharaan drainase masih tergolong minim. Artinya dari beberapa item yang sudah diajukan, baru sedikit pengerjaan yang terealisasi.

Ikrimah menyebutkan menjelang akhir tahun biasanya SKPD mulai sibuk merampungkan pengerjaan yang tertunda. "Kalau sekarang ini saya tidak tahu bagaimana kondisinya. Tapi biasanya di akhir-akhir tahun pekerjaan menumpuk dan disitulah baru mereka sibuk untuk mengerjakan semua. Yang pasti pada saat evaluasi P-APBD kemarin, pengerjaan terkait pembangunan dan perbaikan saluran drainase ini relatif sedikit yang baru diselesaikan," katanya.


Sumber Media Cetak : Waspada, 2 November 2013.

Inflasi Sumatra Utara Diatas 10 Persen

Laju inflasi di Sumatra Utara hingga akhir 2013 diprediksi mencapai dua digit atau diatas 10 persen. Karena hingga Oktober 2013, laju inflasi di daerah ini secara kumulatif sudah sebesar 9,42 persen. Sedangkan secara year on year (YOY) mencapai 9.99 persen.

Tim ahli di Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut Mikael Budisatrio, mengaku terkejut melihat laju inflasi di Kota Medan pada Oktober sebesar 1 persen yang memberikan andil terhadap inflasi Sumut sebesar 0.94 persen. "Padahal, berdasarkan perkiraan pada Oktober, seharusnya 0,0 persen atau terjadi deflasi. Ini diluar perkiraan dan harapan kami di TPID," ujar Deputi Direktur Bidang Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan BI Wilayah IX Sumut-Aceh ini.

Dia menyebutkan secara kumulatif inflasi Medan sudah mencapai 10,08 persen. Ini memberikan kekhawatiran inflasi Sumatra Utara pada tahun 2013 ini bakal menyentuh angkat diatas 10 persen. TPID sendiri lanjut Mikael tetap pada perkiraan sebelumnya bahwa inflasi di Sumut tetap dibawah dua digit.

"Berdasarkan pengalaman dua bulan terakhir November - Desember 2012 lalu, inflasi di Sumut bisa deflasi atau inflasi 0,0 persen, sehingga harapannya inflasi Sumut tetap dibawah dua digit. Namun bila diluar perkiraan, kekhawatiran inflasinya bisa diatas 10 persen," katanya

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara yang disampaikan Kepala Bidang Statistik Distribusi Hajizi disebutkan, pada Oktober 2013, seluruh kota Indeks Harga Konsumen (IHK di Sumut mengalami inflasi yaitu Medan sebesar 1 persen, Pematangsiantar 0,47 perse, Sibolga 1,25 persen dan Padangsidempuan 0,78 persen. Hal tersebut menyebabkan inflasi sebesar 0,94 persen.
Terjadinya inflasi pada Oktober tersebut menyebabkan laju inflasi secara kumulatif (Oktober 2013 terhadap Desembar 2012) masing-masing kota seperti Medan 9,50 persen, Pematangsiantar 9,81 persen, Sibolga 9,23 persen dan Padangsidempuan 7,24 persen. Sedangkan Sumut 9,42 persen.

Selain itu, inflasi pada Oktober ini menyebabkan laju inflasi secar year of year (YOY) Oktober 2013 terhadap Oktober 2012 masing masing kota yakni Medan 10,08 persen, Pematangsiangtar 10,43 persen, Sibolga 9,41 persen dan Padangsidempuan 8,02 persen. "Hal ini menyebabkan inflasi year of year Sumut sebesar 9,99 persen," ujar Hajizi.

Hajizi memaparkan, terjadinya inflasi di Kota Medan dipengaruhi adanya kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti angkutan udara yang baik sebesar 52,45 persen, harga cabai merah naik 48,30 persen, harga beras naik 0,68 persen, apel naik 7,56 persen, cabai hijau naik 23,02 persen, pangkas rambut pria naik 16 persen da susu bubuk naik 3,40 persen.


Sumber Media Cetak : Waspada, 2 November 2013.